Minggu, 20 November 2011

Last Symphony of the Dragon

Langit kelam bersemu kebiruan menghiasi lapis lazuli gemerlap lampu kota kecil Den Vort, di ufuk timur tampak garis-garis cakrawala merah tipis nan indah, sepertinya sang surya akan segera bangun dari tidurnya.
Di salah satu sudut kota, tampak dua orang sedang berdiri di atas atap sebuah bangunan tua yang berada tepat di depan sebuah gereja kuno. Dua orang itu… salah seorangnya adalah seorang lelaki berpakaian piyama tampaknya masih berumur sekitar 20 tahunan dan seorang lagi adalah seorang gadis muda yang dari penampilannya tampaknya dia masih sekitar 14-15 tahunan, gadis itu tampak tidak sedang berdiri melainkan melayang beberapa centi di atas atap bangunan itu. Berdua, mereka memandang ke arah gereja tersebut.
“sampai kapan kau akan menunggu dia?…. ini sudah hampir saatnya kau pergi….”. Gadis itu mencoba membuka pembicaraan sambil meregangkan otot-otot tangannya. Tampaknya dia sudah berada di tempat itu dalam waktu yang cukup lama dan hal itu membuatnya sedikit bosan.
“Kumohon… tunggulah beberapa saat lagi… dia pasti datang kok…. percayalah padaku.”
“yeah.. terserah kamu saja, hanya saja kau harus tahu… saat matahari terbit nanti… aku akan membawa pergi… suka ataupun tidak… kau harus ikut denganku…”
Lelaki itu hanya memandang gadis itu kemudian kembali menatap gereja itu.
Agak lama mereka berdua saling terdiam, lelaki itu kemudian berbicara kepada gadis itu…
“Hey,….. sambil menunggu dia … apa kau mau mendengar sebuah cerita dariku?”
“Hm… cerita ya?… kalau memang menarik mungkin aku bersedia mendengarkan dan mungkin juga aku akan memberi sedikit lagi waktu kepadamu untuk menemui dia…”

Hujan rintik-rintik mulai membasahi pepohonan dan rerumputan, langit terlihat sangat kelam dan kadang terdengar suara gemuruh dari balik awan itu. Suasana yang kelam dan penuh kegelapan itu tampaknya juga sedang menghampiri hati seseorang yang tinggal di sebuah mansion besar yang terletak di kaki gunung.
Di salah satu ruangan mansion itu, tampak seseorang lelaki duduk terdiam sambil memandangi piano di depannya. Dia kemudian menekan tuts demi tuts yang ada di piano dengan jari-jarinya dan secara perlahan jari-jarinya mulai menari dengan cepat mengiringi alunan nada yang muncul seiring tuts-tuts itu dimainkan dan piano itu pun mulai melantunkan sebuah melody.
Sebuah melody yang sangat indah sekali… mengalun begitu tenang sehingga membuat dunia serasa berjalan lambat di sekitar lelaki itu…..
Melody yang terus mengalun itu kemudian mulai terlihat bentuknya menjadi sebuah symphony… sungguh indah sekali….
GRANG!!!!!
Tiba-tiba lelaki itu menggebrak pianonya tepat di saat symphony itu mengalun.
Dengan penuh emosi, lelaki itu merenggut partitur yang ada di depannya dan melemparkannya ke arah pintu ruangan tersebut.
“SIAL !!! KENAPA !!??… kenapa tidak bisa !!???…. Kenapa aku tak bisa menemukan melody berikutnnya….. HUH!!!!”
Lelaki itu tampak sangat putus asa, bahkan dia tidak menyadari kalau saat itu suara pianonya telah membuat terkejut seseorang. Saat itu gadis yang terkejut dengan suara kemarahan lelaki itu segera datang menghampiri ruangan tempat lelaki memainkan pianonya. Gadis berpakain maid itu dengan wajah yang sangat khawatir kemudian berjalan perlahan menghampiri lelaki itu.
“Tuan Vince…. Ada apa…?.. kenapa tuan tiba-tiba terlihat kesal sekali?”
“Tidak… aku tidak apa-apa… hanya saja aku merasa kesal karena tak bisa menyelesaikan symphony ini…”
Gadis itu kemudian mendekati lelaki yang bernama Vince tersebut dan berusaha menenangkan Vince.
“Wajah tuan terlihat pucat sekali, apa tidak sebaiknya tuan beristirahat saja sejenak?”
“Tidak bisa… pertunjukanku.. konser terbesar dalam hidupku tinggal seminggu lagi… jika aku tak bisa selesaikan symphony ini sebelum konserku tiba… maka sia-sialah usahaku selama ini…”
Vince berusaha bangkit dari tempat duduknya namun tampaknya dia sudah kehabisan tenaga sehingga diapun kembali terduduk di tempat duduknya….
“TUAN VINCE!!”
Gadis itu menjadi semakin khawatir dengan keadaan Vince.
“HEHE… padahal hanya ingin mengambil partitur saja aku sudah tak mampu”
Pandangan Vince tampak mengarah ke arah partitur yang baru saja dibuangnya.
“Clea… tolong ambilkan partitur itu…”
Gadis itu mengambil partitur yang telah dibuang Vince dan dia mencoba merapikan kertas partitur tersebut dengan tangannya. Sejenak Clea memperhatikan isi partitur itu…
“Symphony ini… belum selesai… “
“Yeah… memang belum selesai Clea…. karena itu aku ingin menyelesaikannya sebelum konserku ti… ba…”
Vince jatuh pingsan setelah dia menyelesaikan kalimatnya…

“Jadi… lelaki itu mati…?”
“hey…. ceritanya belum selesai sampai di situ… jangan memotong ceritaku seenaknya dong…”
CHAPTER 02: Forest Greeting
Vince tersadar dari pingsannya. Saat dia membuka matanya dia kebingungan karena dia tidak lagi berada di ruang pianonya.
“HUH?? Dimana ini? Kenapa tiba-tiba aku berada di tempat seperti ini ?”
Saat Vince memandang sekelilingnya, yang terlihat Cuma sebuah kawasan hutan dan Vince terduduk di atas kereta caravan yang rusak berat. Tampaknya bukan rusak karena lapuk… tampaknya lebih mirip seperti… habis terjadi kecelakaan…
“Heyy… LEON!!!”
Tampak seorang gadis berlar tergesa-gesa menghampiri Vince yang masih duduk terbengong-bengong.
“Syukurlah Leon, kau baik-baik saja… kau tahu tidak… kau benar-benar beruntung bisa selamat dari kecelakaan itu…”
Vince melihat kereta Caravan yang dia naiki… dan dia sadar kalau ternyata kereta itu memang rusak karena kecelakaan. Tapi Vince merasa ada yang aneh….
“Leon…? kenapa kau memanggilku Leon.. Clea?”
Vince balik bertanya pada gadis yang baru saja ditemuinya dan wajahn ya memang mirip sekali dengan Clea.
“EH??… kenapa kau memanggilku CLEA?? Lagipula kau sendiri malah kebingungan saat aku panggil namamu…”
Gadis itu mendekati Vince.. begitu dekatnya sehingga membuat Vince menjadi grogi….
“Eh.. kau tidak kena gegar otak khan??”
“Urgh memangnya apa yang terjadi sebenarnya?”
Vince mulai panik
“Hmm… tidak heran, pasti kecelakaan parah ini sudah mengganggu otakmu.”
“Baiklah biar aku perjelas ya… Namaku Arietta.. A..R..I..E..T..T..A.. paham?”
“Nama kamu itu Leon.. Ingat nama kamu Leon…”
Gadis bernama Arietta itu berbicara lantang sambil terus-menerus mengarahkan telunjuknya ke arah Vince.
“Eh…LEON??… bukan… itu bukan namaku, AKU VINCE BUKAN LEON…”
Vince mencoba menjelaskan namanya yang sebenarnya dan hal itu membuat Arietta terbelalak kaget…
“Wah gawat nih, kayaknya kamu benar-benar kena gegar otak !!”
“Baiklah kalau begitu, kamu harus ikut aku kembali ke desa!! Kamu harus segera aku periksakan ke dokter. Kalau tidak bisa makin parah nih!”
Arietta menarik tangan Vince, walaupun berusaha memberontak.. tapi nampaknya percuma karena gadis itu lebih kuat daripada Vince. Akhirnya Vince pun mau tidak mau terpaksa ikut dengan Arietta.

Arietta dan Leon/Vince tiba di sebuah desa kecil. Dari jauh, desa itu bagaikan sebuah gugus perahu di tengah samudra luas karena selain bentuk atap-atapnya yang mirip perahu tongkang, desa itu dikelilingi oleh sawah-sawah yang terhampar luas sementara di sekitar area persawahan itu dibatasi oleh gunung-gunung yang kokoh nan asri.
Angin bertiup melewati hamparan sawah yang tampak di beberapa bagiannya telah menguning. Saat itu Vince merasa sangat takjub melihat pemandangan itu, karena saat itu seakan-akan dia bagaikan melihat gugusan perahu yang berlayar bersama-sama mengarungi samudra yang luas.
“Heh!! Melamun saja…” Arietta menepuk pundak Vince/Leon.
“Oh maaf, aku hanya terpesona dengan pemandangan ini, baru pertama kali ini rasanya aku melihat keindahan ini.”
“Yeah… memang jika melihat pemandangan desa kita dari sini rasanya seakan-akan kita baru pertama kali melihatnya, padahal kita sudah sering melihat pemandangan ini iya khan?”
Arietta juga turut melihat pemandangan yang sama dengan yang dilihat Vince.
“Baiklah…. cukup sudah bengongnya, ayo kita pergi ke rumah dokter sebelum luka di otak kamu bertambah parah” Arietta kembali menarik paksa lengan Vince/Leon.
**********
Beberapa saat kemudian di tempat Dokter Brown Cida.
“Ayo coba buka mulut mu.. AAA….”
Leon membuka mulutnya lebar-lebar dan dokter memeriksa rongga mulut Leon dengan senter kecilnya.
“Err….. Dokter Brown…”. Dokter brown menoleh ke arah Arietta saat namanya dipanggil.
“Ya ada apa Arietta?”
“Memangnya ada hubungannya ya antara gegar otak dengan kesehatan mulut?”
“Oh maaf, aku jadi terlalu detil memeriksa kondisinya….”
“Kan aku cuma minta agar Leon diperiksa apakah dia mengalami gegar otak atau tidak, kalau dokter periksa yang lain-lain kan nanti biayanya nambah banyak… Dokter sengaja ya?”
“Wah, kamu kok tahu sih kalo aku lagi cari kesempatan buat dapat uang lebih ahhaha…”. sang dokter tertawa sambil menggaruk-garuk kepalanya sementara itu terlihat Leon dan Arietta sama-sama berwajah sinis saat mendengar ucapan dokter yang ‘garing’ itu.
“Ya sudah, begini… sebenarnya kau tidak perlu terlalu khawatir terhadap kondisi teman kamu ini… karena Leon sama sekali tidak mengalami luka yang serius dan pada otaknya tidak terjadi gegar otak yang parah.. hanya gegar otak kecil saja sih tapi itu juga akan segera pulih dalam waktu dekat.”
“oh begitu…Syukur deh”. Arietta manggut-manggut tanda kalau dia mengerti dengan penjelasan sang dokter..
“Tapi dok, kenapa Leon berkali-kali memanggilku dengan nama Clea dan menganggap bahwa dirinya bernama Vince?”
“Hm… mungkin karena efek samping dari kecelakaan itu Leon mengalami sedikit guncangan dan mungkin saat dia pingsan dia sempat mengalami halusinasi sehingga saat dia telah sadar pun dia tetap merasa masih terbawa dalam halusinasinya selama pingsan tadi… tapi jangan khawatir itu cuma efek sementara saja kok.” Jelas sang dokter kepada Arietta.
Saat mendengar percakapan antara Arietta dengan dokter Brown membuat Vince bertanya-tanya dalam hatinya.
“Halusinasi…? mana mungkin… aku ingat betul kalau diriku ini adalah Vince… yang membuatku heran adalah… kenapa aku bisa ada di tempat ini?”
“Jangan-jangan justru saat ini aku sedang bermimpi…..”
Vince mencubit lengannya keras-keras, tapi lengannya benar-benar terasa sakit saat dia mencubitnya.
“Ouch sakitnya… Jadi ini benar-benar nyata ya?”
Di lain pihak terlihat bahwa Arietta hampir selesai bicara dengtan dokter brown.
“Mungkin, sebaiknya kau bawa Leon berkeliling desa ini dan mengantarnya kembali ke rumahnya.. mungkin dengan cara itu bisa memulihkan temporary amnesianya…”
Sang dokter memandang Vince/Leon yang tampaknya masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Begitu ya dok.. baiklah.. terima kasih atas penjelasannya”
Arietta melangkah mendekati Vince/Leon sambil berkata “Ayo Leon, kita pergi dari sini…”
Vince/Leon melihat wajah Arietta dengan seksama, akhirnya Vince pun sudah membuat keputusan…
“Hm.. baiklah sudah aku putuskan.. sebaiknya aku mengikuti Arietta saja.. mungkin bisa dapat petunjuk atas apa yang sebenarnya terjadi pada diriku”
Vince/Leon pun beranjak dari tempat duduknya dan mengikuti Arietta yang berjalan ke luar ruang dokter.
Saat di beranda rumah dokter, Arietta berbalik dan menatap Vince/Leon.
“Kau masih belum ingat kalau kau ini Leon?”
“Aku sudah ingat kok Arietta… hanya saja aku tidak begitu ingat akan desa ini, mungkin aku butuh sesuatu untuk bisa mengembalikan ingatanku…”
Arietta tersenyum. “Kalau begitu, ayo… aku ajak kau berkeliling desa ini lalu setelah itu kau aku antar kembali ke rumahmu…”
**********
Arietta dan Vince/Leon meninggalkan rumah dokter dan mulai berjalan berkeliling desa.
Selama berkeliling, Vince mengetahui bahwa ternyata dia cukup dikenal di desa yang bernama Mathasa itu.
Sebagian besar orang merasa heran karena Leon yang harusnya pergi berdagang ke luar Desa Mathasa malah kembali lebih cepat dari waktunya.
Arietta lalu menjelaskan kepada penduduk yang bertanya bahwa Leon baru saja mengalami kecelakaan di hutan karena kereta Caravannya menabrak pohon setelah sebelumnya kehilangan kendali.
Mendengar penjelasan dari Arietta membuat para penduduk bersimpati terhadap Leon dan mereka berharap agar Leon bisa segera pulih.
Setelah cukup puas berkeliling akhirnya Arietta mengantar Leon kembali ke rumah yang menurut Arietta adalah rumah dari Leon.
“Baiklah kita sudah sampai di rumah kamu. Mungkin sebaiknya kau beristirahat saja agar kondisimu bisa segera pulih dan aku juga berharap agar ingatanmu juga dapat pulih dengan cepat setelah ini.”
“Terima kasih Arietta…” Jawab Vince/Leon
Arietta tersenyum kemudian berjalan meninggalkan Leon.

NB: Berikutnya nama Vince saja yg akan tetap dipakai.. namun jika ada karakter yang memanggil dengan nama Leon maka yang dimaksud di sini tetap saja Vince
CHAPTER 4: Into The Silent
Arietta mulai berjalan meninggalkan rumah Leon, namun setelah berjalan beberapa langkah dia kembali menemui Leon yang masih ada di depan rumah, tampaknya Arietta teringat akan sesuatu hal.
“Oh iya, aku hampir saja lupa. Ada hal yang harus aku sampaikan kepadamu… mungkin kau sedikit lupa dengan hal yang biasa terjadi di desa ini…”
“Apa maksudmu Arietta?”
“Begini, setiap pukul 8 malam, seluruh penduduk sudah berada di dalam rumahnya dan sebagian dari mereka pasti segera tidur, kalaupun belum maka tak ada satupun yang berani keluar rumah mereka.”
“Kenapa bisa begitu??” Vince menjadi penasaran
“karena pada saat itu kabut dari gunung mulai menuruni bukit dan memenuhi desa ini dengan kabut tebal dan siapapun yang keluar pada malam itu akan hilang ditelan kabut dan tak bisa kembali lagi……” wajah Arietta terlihat sangat serius sekali
“Karena itulah, apapun yang terjadi aku harap kau tidak keluar dari rumah setelah pukul 8 malam.” Arietta kemudian pergi meninggalkan Leon setelah memberi peringatan kepada Leon akan hal yang biasa terjadi di desa tersebut setiap malam.
**********
Matahari akhirnya terbenam sempurna di ufuk barat dan segera setelah itu malam pun tiba. Vince terus memperhatikan kegiatan para penduduk dari jendela rumahnya. Saat itu dia melihat dari pukul 6 hingga pukul 7 malam, para penduduk terlihat sibuk sekali menyelesaikan pekerjaan mereka dan segera bersiap-siap untuk masuk ke dalam rumah mereka masing-masing, semakin mendekati pukul 8, para penduduk itu semakin sibuk namun pada akhirnya ada juga beberapa penduduk yang meninggalkan pekerjaannya dan langsung masuk ke dalam rumah.
Meskipun terlihat sudah sangat terbiasa dengan rutinitas itu, namun Vince bisa melihat jelas bahwa raut wajah para penduduk itu menyimpan ketakutan dan kekhawatiran yang sangat besar.
Satu persatu para penduduk mulai menutup pintu dan jendela rumah mereka. Vince yang masih merasa penasaran pun akhirnya memutuskan untuk ikut menutup pintu dan jendela rumahnya. Merasa tak ada yang bisa dilakukan untuk saat ini dia pun memutuskan untuk bergegas tidur.
**********
Suasana begitu sepi saat itu…. benar-benar sepi…
Sama sekali tidak terdengar suara… bahkan hewan malam pun seakan-akan turut bersembunyi sehingga saat itu sama sekali tak terdengar suara bianatang apapun….
Hanya saja, terkadang terdengar suara desiran angin yang jika diperhatikan dengan seksama ternyata membuat hati yang mendengar bagaikan teriris-iris.. seakan-akan itu adalah suara suara penderitaan dan kepedihan yang menggema dan bergaung dan menghantui desa ini.
Vince yang sejak tadi mencoba untuk tidur ternyata tetap saja tidak bisa, akhirnya dia terus membolak-balikkan badannya di atas ranjang.
“Sial…. kenapa aku sama sekali tidak bisa tidur??”
Cukup lama Vince menatap langit-langit rumahnya… akhirnya Vince bangkit dari tempat tidurnya dan ia berjalan mendekati pintu utama.
“Aku.. benar-benar penasaran…..” Vince memegang gagang pintu dan perlahan membuka pintu tersebut.
Sesampainya di teras rumah, Vince melihat ke arah sekelilingnya.. saat itu Vince bisa merasakan hawa yang mencekam dan membuat bulu kuduknya merinding.
“Hanya ada kabut tebal… dan suasananya… HIII… benar-benar sepi….”
Suasana desa saat itu benar-benar sangat.. sangat mencekam…
“HII… benar-benar berbeda dengan suasana siang tadi, saat ini desa Mathasa ini jadi benar-benar mirip seperti desa berhantu.”
Vince mencoba berjalan ke arah jalanan desa… saat itu kabut sangat tebal sehingga dia kesulitan melihat sekitarnya.. bahakan bisa dibilang jarak pandangnya sangat terbatas.. karena dia hanya bisa melihat sesuatu dengan jelas sejauh jarak 5 meter saja… namun Vince tetap berjalan-jalan.. menyusuri jalanan desa sampai setelah berjalan beberapa langkah ia mencoba menoleh ke arah belakang ternyata ia sudah tak bisa lagi melihat rumahnya…
Sayup-sayup terdengar suara gemuruh dari arah luar desa.
“Suara gemuruh??….. tunggu ini bukan suara gemuruh… ini lebih mirip suara… ledakan beruntun…”
Vince mencoba mencari tahu sumber suara itu, namun kondisi kabut tebal itu sangat menyulitkannya untuk berjalan dan mencari arah yang benar sumber suara itu. Vince terpaksa mengandalkan pendengarannya untuk mencari tahu sumber suara itu…
Dia terus berjalan dan terus berjalan tanpa peduli kabut-kabut tebal yang ada disekitarnya.
Semakin lama dia berjalan.. tamapknya Vince semakin berjalan ke arah yang benar karena suara gemuruh itu semakin lama semakin terdengar jelas. Tanpa sadar Vince telah tiba di tempat sumber suara itu…
Saat itu Vince masih saja kesulitan melihat karena kabut tebal masih saja menutupi pengelihatannya.. namun dari jenis tanah yang dia injak dia bisa tahu kalau dia saat ini telah tiba di areal persawahan.
“Jadi di sini sumber suara itu…. tapi.. sulit sekali melihat di sini.. kabutnya… terlalu tebal…”
GLARRRR!!!!!!
Sebuah ledakan tiba-tiba datang di dekat Vince.. jaraknya begitu dekat sehingga membuat Vince harus menutup telinganya sambil memejamkan mata.
Mungkin akibat dari ledakan itu.. kabut secara perlahan-lahan menghilang dan pandangan Vince menjadi sangat jelas…
Saat itu Vince menjadi sangat terkejut dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya……..

Vince masih diam terpaku melihat pemandangan di sekitarnya. Dia baru menyadari kalau ternyata dia terperangkap di sebuah medan pertempuran yang sangat besar!!!
Dari berbagai arah terlihat ribuan tentara yang menunggangi robot-robot bertenaga uap berbentuk mirip seperti ayam raksasa yang terbuat dari metal. Para tentara itu bersenjatakan pedang sementara robot yang mereka tunggangi dibekali oleh senapan mesin yang terdapat pada ke dua sisi badan robot-robot itu.
Mereka bergerak mengepung desa Mathasa, mereka ada di segala arah!! Selatan, barat, timur, utara… tak ada satupun sudut yang tidak mereka tempati… gerakan mereka sangat teratur.. semakin lama semakin mendekati desa Mathasa.. Vince bisa merasakan tanah yang dipijaknya serasa bergetar hebat akibat dari gerakan langkah kaki para robot yang ditumpangi para tentara itu.
“Ini… ini benar-benar gila…kenapa… banyak sekali pasukan robot yang mengepung tempat ini!!!” Vince merasa sangat shock dengan apa yang dilihatnya.
“Jadi ini ya…. suara-suara ledakan itu berasal dari letusan senjata mereka…??” di saat Vince merasa terkejut dengan apa yang dilihatnya. Dia dikejutkan lagi oleh sesuatu yang lain.
“Ah.. apa itu? Sepertinya aku melihat sesuatu sedang bertempur melawan para tentara itu…”
Vince mencoba memfokuskan pandangannya ke arah sumber pertempuran itu… tepatnya di bagian tenggara desa Mathasa. Saat itu terlihat sebuah sosok bercahaya terang sedang bertempur melawan para pasukan. Sosok itu tampaknya juga menyadari kehadiran Vince di medan tempur itu. Sosok itu kemudian mengeluarkan bola api sebesar bola sepak dan melemparkan bola itu ke arah tentara-tentara penunggang robot besi itu……
GLARRR !!!!!
Akibat terkena lemparan bola api itu… belasan tentara meledak sementara beberapa yang lainnya terbakar karena terkena percikan ledakan dari bola api itu. Sosok itu kemudian terbang mendekati Vince dan berdiri di hadapannya.
Vince merasa takjub dengan apa yang dia lihat saat itu. Setelah dilihat dari dekat semakin jelas detil penampilan dari sosok itu. Sosok itu memang bercahaya putih keunguan namun Vince bisa melihat beberapa bagian tubuhnya ditutpi oleh armor… saat itu dia melihat armor armor yang menutupi sosok itu ada di bagian tubuh seperti bagian pundak, pergelangan tangan kanan dan kiri, pergelangan kaki kanan dan kiri serta menutupi bagian di sekitar pinggulnya… armor-armor itu berwarna kuning keemasan sementara rambut sosok itu berwarna merah membara.
“Leon… kenapa kau bisa sampai di sini?” sosok itu tiba-tiba menyapa Vince dan Vince sangat terkejut karena dia mengenali suara dari sosok itu.. ternyata dia adalah Arietta…
Vince hampir tak bisa mengenalinya.. sebab wajah Arietta yang berubah karena wajahnya diliputi oleh cahaya dan bagian matanya berwarna biru terang, namun dari suaranya Vince bisa tahu pasti kalau itu adalah Arietta..
“Ar… arietta… apa .. yang terjadi… kenapa kau tiba-tiba berpenampilan seperti ini??” Vince masih tak bisa mengalihkan pandangannya dari Arietta…
“Maaf, aku tak bisa jelaskan itu sekarang…”
“Leon.. sebaiknya kau segera kembali ke desa sekarang !! biar aku yang menyelesaikan semua ini!!”
“Tapi kau.. tampak kesulitan mengatasi mereka semua?”
Arietta tampak geram melihat Vince yang keras kepala.
“AKU BILANG PERGI, LEON!!!” Arietta meletakkan telapak tangannya ke dada Vince
BLAST !!
tiba-tiba saja Vince terlempar beberapa meter dari Arietta dan mendarat tepat di depan gerbang desa.
Setelah memastikan Vince terlempar hingga ke depan gerbang desa, Arietta langsung terbang kembali ke arah para tentara itu dan melanjutkan lagi pertempurannya.
Para pasukan penunggang robot itu menembaki Arietta dangan senapan mesin mereka.. ratusan bahkan ribuan peluru dimuntahkan ke arah Arietta seakan-akan tidak ingin memberi celah kepada Arietta untuk bergerak, namun hal itu sama sekali tidak membuat Arietta gentar sama sekali. Dia dengan gemulainya mampu menghindari tiap peluru yang dimuntahkan oleh senapan mesin para tentara itu. Bahkan bisa dibilang kecepatan Arietta seperti bersaing dengan peluru-peluru itu.
Arietta kemudian terbang ke langit mengambil jarak beberapa meter di atas para tentara itu kemudian Arietta mengumpulkan semua tenaga sihirnya dan langsung menembaki para tentara itu dengan energi sihir yang ada di kedua tangannya… bagaikan gatling gun setiap serangan sihir Arietta mengenai ratusan tentara dan membuat meledak, dan Arietta terus melakukan serangan itu sambil terbang dean melwati para tentara itu sehingga setiap kali melintas Arietta selalu diikuti oleh ledakan ledakan yang muncul akibat serangannya itu.
Kali ini para tentara itu mengeluarkan peluncur roket, setiap tentara memegang peluncur roket yang memiliki empat tabung peluncur. Semua pasukan itu mengarahkan roket mereka ke arah Arietta.
FYUSHH!! FYUSSH!! FYUSSHHH!!!
Para tentara itu menembakkan seluruh peluru roket mereka. Sementara di saat yang sama Arietta tampak menyiapkan sebuah sihir yang di simpan di kedua telapak tanggannya. Energi sihir itu kemudian membentuk semacam pedang dengan panjang 80 centimeter. Arietta segera bergerak setelah pedang sihirnya terbentuk, dia harus menghadapi ribuan roket yang datang menghampirinya, tampaknya roket-roket itu mampu mengejar Arietta kemanapun dia pergi. Arietta dengan lincahnya terus terbang sembari menghancurkan roket roket yang mengejarnya dengan serangan pedang sihirnya bahkan dengan kelihaiannya, Arietta mampu membuat roket-roket itu justru menghantam para pasukan dan menghancurkan mereka.
Arietta melakukan langkah itu beberapa kali dan nampaknya strategi itu berhasil, namun tampaknya keberhasilan sedikit membuat Arietta lengah..
BLARR!! BLARR!! BLAMMM!!!!!!!
Arietta dihantam puluhan roket dan membuatnya sedikit kehilangan keseimbangannya di udara. Arietta langsung berusaha terbang menghindari roket roket yang tersisa dan menghancurkannya dengan serangan pedang sihirnya.
Kali ini Arietta mencoba menyelesaikannya dengan satu kali serangan, dia menggunakan serangan berputar seperti angin puyuh. Dan itu berhasil menghancurkan semua roket itu…
Di saat Arietta masih disibukkan dengan pertempurannya, di lain pihak Vince berusaha bangun setelah terpental akibat serangan Arietta.


CHAPTER 01: The Lost Melody

Hujan rintik-rintik mulai membasahi pepohonan dan rerumputan, langit terlihat sangat kelam dan kadang terdengar suara gemuruh dari balik awan itu. Suasana yang kelam dan penuh kegelapan itu tampaknya juga sedang menghampiri hati seseorang yang tinggal di sebuah mansion besar yang terletak di kaki gunung.
Di salah satu ruangan mansion itu, tampak seseorang lelaki duduk terdiam sambil memandangi piano di depannya. Dia kemudian menekan tuts demi tuts yang ada di piano dengan jari-jarinya dan secara perlahan jari-jarinya mulai menari dengan cepat mengiringi alunan nada yang muncul seiring tuts-tuts itu dimainkan dan piano itu pun mulai melantunkan sebuah melody.

Sebuah melody yang sangat indah sekali… mengalun begitu tenang sehingga membuat dunia serasa berjalan lambat di sekitar lelaki itu…..
Melody yang terus mengalun itu kemudian mulai terlihat bentuknya menjadi sebuah symphony… sungguh indah sekali….
GRANG!!!!!
Tiba-tiba lelaki itu menggebrak pianonya tepat di saat symphony itu mengalun.
Dengan penuh emosi, lelaki itu merenggut partitur yang ada di depannya dan melemparkannya ke arah pintu ruangan tersebut.

“SIAL !!! KENAPA !!??… kenapa tidak bisa !!???…. Kenapa aku tak bisa menemukan melody berikutnnya….. HUH!!!!”
Lelaki itu tampak sangat putus asa, bahkan dia tidak menyadari kalau saat itu suara pianonya telah membuat terkejut seseorang. Saat itu gadis yang terkejut dengan suara kemarahan lelaki itu segera datang menghampiri ruangan tempat lelaki memainkan pianonya. Gadis berpakain maid itu dengan wajah yang sangat khawatir kemudian berjalan perlahan menghampiri lelaki itu.
“Tuan Vince…. Ada apa…?.. kenapa tuan tiba-tiba terlihat kesal sekali?”

“Tidak… aku tidak apa-apa… hanya saja aku merasa kesal karena tak bisa menyelesaikan symphony ini…”
Gadis itu kemudian mendekati lelaki yang bernama Vince tersebut dan berusaha menenangkan Vince.
“Wajah tuan terlihat pucat sekali, apa tidak sebaiknya tuan beristirahat saja sejenak?”

“Tidak bisa… pertunjukanku.. konser terbesar dalam hidupku tinggal seminggu lagi… jika aku tak bisa selesaikan symphony ini sebelum konserku tiba… maka sia-sialah usahaku selama ini…”
Vince berusaha bangkit dari tempat duduknya namun tampaknya dia sudah kehabisan tenaga sehingga diapun kembali terduduk di tempat duduknya….
“TUAN VINCE!!”
Gadis itu menjadi semakin khawatir dengan keadaan Vince.

“HEHE… padahal hanya ingin mengambil partitur saja aku sudah tak mampu”
Pandangan Vince tampak mengarah ke arah partitur yang baru saja dibuangnya.
“Clea… tolong ambilkan partitur itu…”

Gadis itu mengambil partitur yang telah dibuang Vince dan dia mencoba merapikan kertas partitur tersebut dengan tangannya. Sejenak Clea memperhatikan isi partitur itu…
“Symphony ini… belum selesai… “
“Yeah… memang belum selesai Clea…. karena itu aku ingin menyelesaikannya sebelum konserku ti… ba…”
Vince jatuh pingsan setelah dia menyelesaikan kalimatnya…

" Lanjutannya nanti yah "

"MY EYES"

 
“MY EYES”
  
Pagi itu seorang anak muda  Sora baru saja ingin menyantap  sarapan kesukaannya (bakpau daging extra besar) sambil berjalan santai ^^.

“ yes bakpau daging kesukaan ! AAAA… “
Baru saja ia membuka mulutnya tiba tiba seseorang menabraknya dari arah samping kanan.
BRRAAAAKK”
Seketika bakpau itu ikut terpental tapi buru buru dengan sigap Sora meraihnya agar tak jatuh ke tanah.
 “Fiuuhhh.. hampir saja.. Hei kau !! Apa sih yang kau lakukan?! Kalau jalan lihat lihat !! hampir saja Bakpau ku tersayang jatuh ke tanah! Kalau sampai hal itu terjadi kau harus…” 
Belum sempat ia melanjutkan omelannya tiba tiba ia tertegun  saat melihat seseorang di balik jubah tersebut ternyata  seorang gadis mungil ,  matakanannnya di tutup dengan penutup mata,  rambutnya panjang dengan di kuncir dua dan berwarna putih keperakan, . Warna rambut seperti itu adalah suatu yang sangat langka di semua negri pada zaman tersebut.
“Waw!! Rambutmu unik sekali ya! Baru kali ini kulihat orang yang rambutnya seperti kamu! ! Sora sangat terkagum kagum.
“Berisik! Minggir sana! “ sang gadis berkata tak bersahabat.
Baru saja akan bangun segerombolan orang yang mengejarnya muncul. “ akh gawat! “
“Ada apa? Mereka mengejarmu?” Tanya Sora ingin tahu.
“Cepat tangkap dia!!” perintah salah satu pengejar kepada pengejar yang lain.
“minggir !”  kata sang gadis pada Sora. Baru saja akan berlari tiba tiba ia terjatuh, “ Aduh!”  ternyata kakinya terkilir saat menabrak Sora tadi.” Ugh kakiku..”
Sementara itu gerombolan itu semakin dekat dengan mereka berdua. Sang gadis sudah terlihat pasrah. “GREEBB”   “ KYAAA” . tiba tiba saja Sora sudah menggendongnya.
“Ap..apa yang kau..?” turunkan !” perintah gadis itu panik.
“Tidak mau!” kata Sora . Ternyata  gerombolan  tersebut sudah tepat berdiri di hadapan mereka. “ Hei kau yang di sana kalau tak ingin babak belur  cepat turunkan gadis itu! Dia milik kami!!!” kata seorang dari gerombolan“.
Namun Sora hanya tersenyum . “Kalau ingin dia tangkap dulu aku! Itu juga kalau kalian bisa !”.
“APA?!”kurang ajar ! kau mau mati ya?! Tak perlu sampai babak belur  ku bunuh kau sekarang juga!!” .
TRAAANNGG . Orang tersebut melayangkan serangan pada Sora, namun dengan cepat Sora bisa menghindarinya.
“Kau menyerang kea rah mana bodoh?”
“ap..!”
Secepat kilat Sora berlari” kalau soal lari aku jagonya lho, kalian takkan bisa menangkapku hahaha